JatimSurabaya

Soal Pembacokan Wartawan di Tuban, Santoso: Saya Tidak Tau Menahu Hal Itu

Ilustrasi

SURABAYA, radarpenanews.com – Publikasi terkait percobaan pembunuhan berencana terhadap Sukamto, jurnalis Memoterkini.com dan penganiayaan berat terhadap Brendi, jurnalis Bratapos.com, terjadi pada hari Senin, 11 November 2024, di Jalan menuju areal pertambangan pasir kuarsa kawasan Perhutani Kecamatan Kerek, Tuban telah beredar luas.

Dilansir dari salah satu media online, peristiwa tersebut terjadi pada saat korban (Sukamto) mau ke tambang milik Santoso di wilayah Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Dijalan menuju lokasi tambang korban dan rekannya yang bernama brendi dihadang dengan motor oleh satu orang preman anak buah Santoso sang pemilik tambang.

Di sisi lain, dikutip juga dari salah satu media online yang memberitakan hal yang sama disebutkan, akibat dari pembacokan yang dilakukan oleh tiga dari empat orang yang diduga orang SN tersebut korban harus dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif.

Menanggapi hal ini, Jum’at 22 November 2024 di Hotel Sahid Surabaya, Santoso (SN) selaku Pengusaha Tambang pasir kuarsa terbesar di Tuban yang namanya mencuat dalam isu ini, telah memberikan klarifikasi ditemani Ayom.

“Terkait pembacokan dan penganiayaan terhadap Wartawan yang dimaksud, saya tidak tau menahu hal itu. Apa motifnya saya tidak tau,” tegasnya.

Santoso menegaskan bahwa As hanya menyewa alat berat miliknya dan hasil tambangnya dijual kepada Santoso. Santoso juga menyatakan dirinya tidak terlibat dalam perencanaan atau pelaksanaan kekerasan tersebut.

“As hanya sebatas sewa alat berat (Bego-red) dan hasilnya dijual ke saya. Mengenai korban sendiri atas nama Sukamto adalah teman saya, biaya dan bantuan murni dari saya pribadi juga telah diterima Sukamto,” terangnya.

Sedangkan As belum mengklarifikasi langsung tentang video call antara As dengan preman penghadang bermotor RX King. Atas klarifikasi Ketua Umum PJI yang sudah dikirimkan Santoso kepada As, As hanya menyampaikan kepada Santoso, dirinya tidak terlibat permufakatan jahat percobaan pembunuhan berencana dan penganiayaan itu, tanpa menyinggung atau menjelaskan video callnya dengan si preman.

BACA JUGA: https://radarpenanews.com/2024/11/18/pji-kecam-keras-percobaan-pembunuhan-berencana-jurnalis-di-tuban-begini-sikap-tegas-ketum-hartanto-boechori/

Diberitakan sebelumnya, disampaikan Ketua Umum Persatuan Jurnalis Indonesia (PJI), Hartanto Boechori melaluli pernyataan sikapnya, secara singkat urutannya seperti diceritakan korban; Brendi dijemput dan diajak Sukamto pergi ke eks area tambang pasir kuarsa milik Suprapto. Memasuki kawasan Perhutani Kecamatan Kerek, Tuban, Jawa Timur, jalan menuju areal pertambangan pasir kuarsa, seorang preman mengendarai motor RX King dari arah berlawanan, menghadang mobil yang disetiri Brendi. Brendi turun, Sukamto tetap duduk di mobil sisi kiri depan. Preman itu memerintahkan mobil kembali, tanpa alasan.

Sejauh itu kata Boechori, Sambil mengusir, preman itu menghubungi seseorang melalui video call, layar HP dihadapkan ke wajah Brendi. Pria dalam HP terlihat kaget, langsung mematikan hpnya. Brendi mengenali wajah dalam HP sebagai As, salah seorang pengelola pasir kuarsa.

Brendi naik ke mobilnya berencana balik arah. Namun belum sempat menghidupkan mesin mobil, datang lagi 4 preman dari arah berlawanan, naik 2 motor dengan membawa parang. Preman itu langsung memecah kaca depan mobil dengan batu, membuka pintu depan kiri, menanyakan nama Sukamto dan diiyakan. Setelah memastikan nama Sukamto, salah satu preman berteriak, “ya ini orangnya”, langsung membacokkan parangnya. Korban Sukamto berupaya merebut parang, namun tak berhasil. Korban berupaya lari, dibacok lagi kepala belakangnya.

“Brendi yang berupaya merebut parang, dipukul dan diinjak injak beramai ramai. Sukamto dikejar dan dibacok lagi serta dikepruk batu sampai tersungkur pingsan bersimbah darah. Setelah itu seorang preman menyuruh Brendi membawa “mayat” Sukamto. “Wis, gowoen mayate koncomu” (Sudah, bawa mayat temanmu). Brendi yang badannya lebam lebam dan benjol benjol, segera membawa Sukamto yang pingsan ke rumah sakit,” kata Boechori atas penjelasan si korban.

Sementara itu sebut Boechori, dari runtutan kejadian, orang waras apalagi APH, jelas bisa menganalisa, tindakan brutal terhadap Sukamto itu percobaan pembunuhan berencana dan ada yang mendalangi. Sudah ditunggu kedatangannya dan sudah disiapkan alat pembunuhnya. “Belum lagi preman bermotor RX King yang menghubungi seseorang dengan video call dan mengarahkan layar hpnya ke wajah korban Brendi, diduga kuat untuk mengklarifikasi ke As tentang kebenaran target yang dituju,” ungkapnya.

“Saya sudah berupaya mengklarifikasi seorang pengusaha tambang pasir kuarsa di Tuban dan mengklarifkasi As melalui pengusaha itu, yang saya ketahui punya hubungan dengan As, agar yang bersangkutan mengklarifikasi secara bebas singkat, termasuk mengklarifikasi bila ada dugaan kesalahan pihak korban. Pada intinya saya tidak akan melindungi siapapun yang bersalah. Kriminal tetap kriminal, walau “dibungkus” sebagus apapun,” jelasnya.

Lebih lanjut menurutnya, “As tidak membalas klarifikasi saya, namun pengusaha tambang yang saya maksudkan di atas, melalui korban Sukamto, berjanji akan akan mengklarifikasi kepada saya langsung (menemui saya), besok Selasa 19/11/2024. Tetapi tidak memungkinkan, karena besok pagi saya ke luar kota. Dan sudah saya tegaskan, nantinya saya menemui yang bersangkutan, hanya untuk klarifikasi saja dan akan saya ajak beberapa rekan. Karenanya, maka dalam tulisan ini belum bisa saya sebutkan, apa hubungan yang bersangkutan dengan tragedi ini, termasuk juga inisial yang bersangkutan belum bisa saya singgung disini,” bebernya.

Kejadian keji ini pelecehan UU Pers ucap Boechori. “Tidak hanya melukai tubuh fisik korban, tetapi juga mencederai semangat demokrasi dan kebebasan Pers di Indonesia. Jelas saya tak dapat menerima apapun alasannya. Wartawan menjalankan tugas jurnalistik untuk mengungkap kebenaran justru menjadi sasaran kekerasan brutal, bahkan nyaris meregang nyawa,” timpalnya.

Sebagai Ketua Umum PJI ucap Boechori, “saya tegaskan, kasus ini saya atensi. Saya harap Kapolres Tuban beserta jajaran serius mengusut kasus ini. Saya juga minta kepada Kapolda Jatim agar menjadikan penanganan kasus ini sebagai atensi Kapolda Jatim. Ini percobaan pembunuhan berencana terhadap wartawan. Tulisan selanjutnya saya akan mengklarifikasi Kapolres Tuban dan Kabid Humas Polda Jatim untuk menjabarkan perkembangan penanganan kasus,” pungkasnya. (*red)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button